Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid yang Diisolasi
dari Cempedak (Artocarpus Champeden)
Kulit
batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) sangat potensial
dikembangkan sebagai obat malaria. Isolasi terhadap tanaman ini
menghasilkan senyawa flavonoid artoindonesianin E (1), heteroflavonon C (2),
artoindonesianin R (3), heterofilin (4), artoindosianin A-2 (6), dan
sikloheterofilin (7), artonin (9), dua senyawa baru (5) artokarpon A dan
artokarpon B (8). Kesembilan senyawa tersebut memiliki aktivitas antimalaria,
kecuali senyawa artoindonesianin
E. Senyawa heteroflavon C mempunyai potensi yang paling kuat dibanding
senyawa lainnya dan baru pertamakali dilaporkan pada Artocarpus champeden
Spreng. Aktivitas antimalaria dari senyawa tersebut diduga karena
adanya substitusi rantai isoprenil pada kerangka dasar senyawa flavonoid dapat
meningkatkan aktivitas antimalarianya. Substitusi isoprenil pada posisi karbon
C-8 memberikan aktivitas antimalaria yang lebih kuat. Dari penelitian ini dapat
disimpulkan juga bahwa senyawa artoindonesianin R, artoindonesianin
A-2 dan senyawa baru artokarpon A mempunyai mekanisme aksi menghambat
jalur permeasi baru (NPP) pada membrane eritrosit yang diinduksi oleh parasit.
Sedangkan senyawa lainnya memiliki aktivitas antimalaria dengan mekanisme yang
berbeda.
Senyawa
heteroflavon C dari A. champeden ini
sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obat antimalaria. Mengingat
jumlahnya di dalam tanaman sangat kecil, maka perlu dikembangkan metode sintesis
dari senyawa ini untuk mendapatkan bahan baku obat. Demikian juga dengan senyawa
baru artokarpon A dan B, dengan sistesis kimia dari senyawa ini
diharapkan dapat diperoleh senyawa antimalaria yang lebih poten. Senyawa flavonoid
pada kulit batang cempedak (A. Champeden) memiliki aktivitas antimalaria
poten dengan mekanisme melalui hambatan
jalur permeasi baru serta mekanisme lain yang belum diketahui. Oleh karena itu,
senyawa tersebut sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obat antimalaria
baru baik dalam bentuk sediaan fitofarmaka maupun sediaan sintesisnya.
Permasalahan
:
Pada
artikel diatas dijelaskan bahwa Senyawa flavonoid pada kulit batang cempedak (A.
Champeden) memiliki aktivitas antimalaria poten dengan mekanisme melalui hambatan jalur permeasi baru (NPP) serta mekanisme lain
yang belum diketahui. Jadi yang ingin saya tanyakan bagaimana mekanisme yang
dimaksudkan diatas, sehingga senyawa flavonoid tersebut bisa digunakan sebagai obat antimalaria.
Menurut literatur yang saya peroleh, yang dimaksud dengan mekanisme hambatan jalur permeasi baru (NPP) diatas merupakan bahan uji yang memberikan tingkat hemolisis kurang dari 40% dan hal ini menunjukkan adanya aktivitas hambatan hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sebelumnya telah teinduksi oleh sorbitol. Dimana, Pada metode ini diukur derajat hemolisis dari eritrosit terinfeksi parasit yang disebabkan (diinduksi) penambahan sorbitol. Derajat hemolisis diukur dengan menggunakan alat spektrofotometri, dengan mengamati nilai absorbansi yang muncul pada panjang gelombang 450 nm. Semakin kecil adsorbansi yang diperoleh maka semakin kecil derajat hemolisis dan ini menunjukkan terjadinya hambatan terhadap masuknya sorbitol melalui NPP pada membran eritrosit terinfeksi parasit (Go,etal.,2004)
BalasHapustrims moga membantu...
Mekanisme senyawa flavonoid sebagai aktivitas antimalaria diawali karena adanya substitusi rantai isoprenil pada kerangka dasar senyawa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas antimalarianya. Substitusi isoprenil pada posisi karbon C-8 memberikan aktivitas antimalaria yang lebih kuat.
BalasHapus