Jumat, 15 November 2013

Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid yang Diisolasi dari Cempedak (Artocarpus Champeden)



Aktivitas Antimalaria dari Senyawa Flavonoid yang Diisolasi
dari Cempedak (Artocarpus Champeden)

Kulit batang cempedak (Artocarpus champeden Spreng) sangat potensial dikembangkan sebagai obat malaria. Isolasi terhadap tanaman ini menghasilkan senyawa flavonoid artoindonesianin E (1), heteroflavonon C (2), artoindonesianin R (3), heterofilin (4), artoindosianin A-2 (6), dan sikloheterofilin (7), artonin (9), dua senyawa baru (5) artokarpon A dan artokarpon B (8). Kesembilan senyawa tersebut memiliki aktivitas antimalaria, kecuali senyawa artoindonesianin E. Senyawa heteroflavon C mempunyai potensi yang paling kuat dibanding senyawa lainnya dan baru pertamakali dilaporkan pada Artocarpus champeden Spreng. Aktivitas antimalaria dari senyawa tersebut diduga karena adanya substitusi rantai isoprenil pada kerangka dasar senyawa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas antimalarianya. Substitusi isoprenil pada posisi karbon C-8 memberikan aktivitas antimalaria yang lebih kuat. Dari penelitian ini dapat disimpulkan juga bahwa senyawa artoindonesianin R, artoindonesianin A-2 dan senyawa baru artokarpon A mempunyai mekanisme aksi menghambat jalur permeasi baru (NPP) pada membrane eritrosit yang diinduksi oleh parasit. Sedangkan senyawa lainnya memiliki aktivitas antimalaria dengan mekanisme yang berbeda.
Senyawa heteroflavon C dari A. champeden ini sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obat antimalaria. Mengingat jumlahnya di dalam tanaman sangat kecil, maka perlu dikembangkan metode sintesis dari senyawa ini untuk mendapatkan bahan baku obat. Demikian juga dengan senyawa baru artokarpon A dan B, dengan sistesis kimia dari senyawa ini diharapkan dapat diperoleh senyawa antimalaria yang lebih poten. Senyawa flavonoid pada kulit batang cempedak (A. Champeden) memiliki aktivitas antimalaria poten dengan mekanisme melalui hambatan jalur permeasi baru serta mekanisme lain yang belum diketahui. Oleh karena itu, senyawa tersebut sangat potensial untuk dikembangkan sebagai obat antimalaria baru baik dalam bentuk sediaan fitofarmaka maupun sediaan sintesisnya.


Permasalahan :
Pada artikel diatas dijelaskan bahwa Senyawa flavonoid pada kulit batang cempedak (A. Champeden) memiliki aktivitas antimalaria poten dengan mekanisme melalui hambatan jalur permeasi baru (NPP) serta mekanisme lain yang belum diketahui. Jadi yang ingin saya tanyakan bagaimana mekanisme yang dimaksudkan diatas, sehingga senyawa flavonoid tersebut  bisa digunakan sebagai obat antimalaria.

 




2 komentar:

  1. Menurut literatur yang saya peroleh, yang dimaksud dengan mekanisme hambatan jalur permeasi baru (NPP) diatas merupakan bahan uji yang memberikan tingkat hemolisis kurang dari 40% dan hal ini menunjukkan adanya aktivitas hambatan hemolisis eritrosit yang terinfeksi parasit dan sebelumnya telah teinduksi oleh sorbitol. Dimana, Pada metode ini diukur derajat hemolisis dari eritrosit terinfeksi parasit yang disebabkan (diinduksi) penambahan sorbitol. Derajat hemolisis diukur dengan menggunakan alat spektrofotometri, dengan mengamati nilai absorbansi yang muncul pada panjang gelombang 450 nm. Semakin kecil adsorbansi yang diperoleh maka semakin kecil derajat hemolisis dan ini menunjukkan terjadinya hambatan terhadap masuknya sorbitol melalui NPP pada membran eritrosit terinfeksi parasit (Go,etal.,2004)
    trims moga membantu...

    BalasHapus
  2. Mekanisme senyawa flavonoid sebagai aktivitas antimalaria diawali karena adanya substitusi rantai isoprenil pada kerangka dasar senyawa flavonoid dapat meningkatkan aktivitas antimalarianya. Substitusi isoprenil pada posisi karbon C-8 memberikan aktivitas antimalaria yang lebih kuat.

    BalasHapus