Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui
sokletasi dan maserasi. Sekletasi
dilakukan dengan melakukan disokletasi padaserbuk
kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%.
Ekstrak n-heksana dikentalkan
lalu diuji Fitokoia dan uji aktivasi bakteri.
Salah satu tanaman
yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah tanaman pepaya (Carica
papaya L.). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan sebagai obat
cacing gelang, gangguan pencernaan, diare, penyakit kulit, kontrasepsi pria, bahan
baku obat masuk angin dan sebagai sumber untuk mendapatkan minyak dengan
kandungan asam-asam lemak tertentu. Minyak biji pepaya yang berwarna kuning
diketahui mengandung 71,60 % asam oleat, 15,13 % asam palmitat, 7,68 % asam linoleat,
3,60% asam stearat, dan asam-asam lemak lain dalam jumlah relatif sedikit atau
terbatas. Selain mengandung asam-asam lemak, biji pepaya diketahui mengandung
senyawa kimia lain seperti golongan fenol, alkaloid, dan saponin (Warisno,
2003).
Biji pepaya juga
mempunyai aktivitas farmakologi daya antiseptik terhadap bakteri penyebab
diare, yaitu Escherichia coli dan Vibrio cholera (Anonim, 2006;
Warisno, 2003). Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental metanol biji
pepaya diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid,
flavonoid, alkaloid, dan saponin. Secara kualitatif, berdasarkan terbentuknya
endapan atau intensitas warna yang dihasilkan dengan pereaksi uji fitokimia,
diketahui bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid
merupakan komponen utama biji pepaya. Uji fitokimia triterpenoid lebih lanjut
terhadap ekstrak kental n-heksana menggunakan pereaksi
Liebermann–Burchard juga menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid. Hal
ini memberi indikasi bahwa pada biji pepaya terkandung senyawa golongan
triterpenoid bebas. Berdasarkan pemanfaatan secara tradisional biji pepaya yang
salah satunya sebagai obat diare dan berdasarkan aktivitas fisiologis dari
senyawa golongan triterpenoid bebas sebagai antibakteri, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengisolasi senyawa golongan triterpenoid bebas pada ekstrak
kental n-heksana biji pepaya dan menguji isolat triterpenoid yang diperoleh
terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus
aureus.
Cara maserasi, biji pepaya yang berwarna putih dicelupkan ke dalam
etanol panas kemudian dikeringkan dan dihaluskan. Sebanyak 500 g serbuk kering
biji pepaya diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak yang didapat
diuapkan dengan rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental
n-heksana. Ekstrak kental tersebut diuji fitokimia dengan pereaksi
Liebermann-Burchard untuk menentukan ada tidaknya triterpenoid. Ekstrak kental
positif triterpenoid dipisahkan dengan kromatografi kolom. Sebelum dilakukan
pemisahan dengan kromatografi kolom, terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen
dengan teknik KLT. Hasil pemisahan kromatografi kolom (silika gel 60, n-heksana
: eter : etilasetat : etanol (2:3:3:2)) yang sama digabungkan dan dikelompokkan
menjadi kelompok fraksi. Masing-masing kelompok fraksi tersebut diuji untuk
triterpenoid. Fraksi yang positif mengandung triterpenoid dengan noda tunggal
dilanjutkan dengan uji kemurnian secara KLT dengan beberapa campuran eluen.
Bila tetap menghasilkan satu noda maka fraksi tersebut dapat dikatakan sebagai
isolat relatif murni secara KLT. Isolat relatif murni ini kemudian dianalisis
dengan Spektrofotometer Ultra violet-tampak dan Inframerah.
Biji pepaya juga mempunyai aktivitas farmakologi
daya antiseptik terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Escherichia coli dan
Vibrio cholera. Hasil uji fitokimia terhadap ekstrak kental metanol biji pepaya
diketahui mengandung senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid,
flavonoid, alkaloid, dan saponin. Secara kualitatif, berdasarkan terbentuknya
endapan atau intensitas warna yang dihasilkan dengan pereaksi uji fitokimia,
diketahui bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder golongan triterpenoid
merupakan komponen utama biji pepaya. Uji fitokimia triterpenoid lebih lanjut
terhadap ekstrak kental n-heksana menggunakan pereaksi Liebermann–Burchard juga
menunjukkan adanya senyawa golongan triterpenoid. Hal ini memberi indikasi
bahwa pada biji pepaya terkandung senyawa golongan triterpenoid bebas.
Berdasarkan pemanfaatan secara tradisional biji pepaya yang salah satunya
sebagai obat diare dan berdasarkan aktivitas fisiologis dari senyawa golongan
triterpenoid bebas sebagai antibakteri, maka perlu dilakukan penelitian untuk
mengisolasi senyawa golongan triterpenoid bebas pada ekstrak kental n-heksana
biji pepaya dan menguji isolat triterpenoid yang diperoleh terhadap bakteri
penyebab diare, yaitu Escherichia coli dan Staphylococcus aureus.
Permasalahan:
BalasHapusdari artikel diatas disebutkan bahwa pada isolasi triterpenoid pada biji papaya menggunakan cara meserasi yaitu biji pepaya yang berwarna putih dicelupkan ke dalam etanol panas kemudian dikeringkan dan dihaluskan.
Yg ingin saya tanyakan kenapa biji pepaya tersebut sebelum dihaluskan atau sebelum menjadi simplisia harus dicelupkan kedalam etanol panas, bagaimanakah cara memanaskan etanol tersebut bukankah sama – sama kita ketahui bahwa etanol itu mudah terbakar dan menguap, jadi yg dimaksud panas disini seperti apa?? Dan kenapa harus menggunakan etanol kenapa tidak senyawa alcohol yang lain, dan jika etanol tersebut diganti dg senyawa lain misalnya metanol apa pengaruhnya terhadap senyawa terpenoid yg dihasilkan??
saya akan mencoba menjawab permasalahan sdri. Yetti, disini saya hanya bisa menjawab permasalahan sdri. Yetti, yang kenapa harus menggunakan etanol kenapa tidak senyawa alcohol yang lain, dan jika etanol tersebut diganti dg senyawa lain misalnya metanol apa pengaruhnya terhadap senyawa terpenoid yg dihasilkan, menurut sy alasan penggunaan etanol dalam perendaman biji pepaya pada proses isolasi senyawa terpenoid dari artikel yang sdr. yetti posting diatas adalah Etanol dapat mengikat semua ekstrak yang terkandung dalam sampel baik yang bersifat nonpolar maupun bersifat polar karena kadar airnya yang cukup tinggi. Penggunaan Etanol panas sy perkirakan karena laju reaksi lebih cepat apabila suhu tinggi. sehingga dengan penggunaan etanol panas laju reaksi lebih cepat, tapi suhu juga perlu dijaga karena etanol mudah menguap dalam suhu tinggi. terimakasih
BalasHapusseperti yang saudara febe jelaskan diatas bahwa etanol memiliki laju reaksi yang lebih cepat pada suhu tinggi dibandingkan metanol . sehingga akan lebih efektif apabila yang digunakan adalah etanol agar senyawa terpenoid tersebut cepat dihsilkan .
BalasHapusterimakasih