UJIAN MID KIMIA BAHAN
ALAM
Nama : YETI RAHAYU
Nim : A1C111064
Matkul: KIMIA BAHAN
ALAM
Dosen pengampu: Drs.
Syamsurizal,M.Si
SOAL
1. Cari
diartikel tentang tehnik identifikasi dari suatu senyawa terpenoid? Mengapa
dengan reagen tersebut tidak cocok untuk mengidentifikasi golongan lain seperti
flavonoid, alkaloid atau fenolik lain? nama artikel, almat web, dasar artikel
jawab:
jawab:
Ekstraksi senyawa terpenoid dilakukan dengan dua
cara yaitu: melalui sokletasi dan maserasi. Sekletasi dilakukan dengan
melakukan disokletasi pada serbuk kering yang akan diuji dengan 5L n-hexana.
Ekstrak n-hexana dipekatkan lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak
n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri.
Teknik maserasi menggunakan pelarut methanol. Ekstrak methanol dipekatkan lalu
lalu dihidriolisis dalam 100 mL HCl 4M.hasil hidrolisis diekstraksi dengan 5 x
50 mL n-heksana. Ekstrak n-heksana dipekatkan lalu disabunkan
dalam 10 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji
aktivitas bakteri. Uji aaktivitas bakteri dilakukan dengan pembiakan bakteri
dengan menggunakan jarum ose yang dilakukan secara aseptis. Lalu dimasukkan ke
dalam tabung yang berisi 2mL Meller-Hinton broth kemudian diinkubasi bakteri
homogen selama 24 jam pada suhu 35°C.suspensi baketri homogeny yang telah
diinkubasi siap dioleskan pada permukaan media Mueller-Hinton agar secara
merata dengan menggunakan lidi kapas yang steril. Kemudian tempelkan disk yang
berisi sampel, standar tetrasiklin serta pelarutnya yang digunakan sebagai
kontrol. Lalu diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. dilakukan pengukuran
daya hambat zat terhadap baketri.
Uji fitokimia dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan
campuran antara asam setat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya
asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform setelah.
Alasan penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut
baik didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung
molekul air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat
anhidrat akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan
asetil tidak akan terbentuk.
Reagen Leberman-Burchard
Tehnik identifikasi senyawa terpenoid dapat dilakukan dengan
menggunakan pereaksi Lieberman-Burchard. Perekasi Lebermann-Burchard merupakan
campuran antara asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Alasan digunakannya
asam asetat anhidrat adalah untuk membentuk turunan asetil dari
steroid yang akan membentuk turunan asetil didalam kloroform . Alasan
penggunaan kloroform adalah karena golongan senyawa ini paling larut baik
didalam pelarut ini dan yang paling prinsipil adalah tidak mengandung molekul
air. Jika dalam larutan uji terdapat molekul air maka asam asetat anhidrat
akan berubah menjadi asam asetat sebelum reaksi berjalan dan turunan asetil
tidak akan terbentuk.
2. Dengan
cara yang sama cari tehnik isolasi tentang senyawa terpenoid, jelaskan dasar
ilmiah penggunaan pelarut dan tehnik-tehnik isolasi dan purifikasi. Misalnya dg
pelarut etanol dlakukan kromatografi.
jawab:
jawab:
Isolasi dan Identifikasi Triterpenoid Pada Biji Pepaya
Pada
biji pepaya terdapat kandungan berupa glucocide caricin dan carpain. Diduga zat
yang terkandung dalam biji pepaya yang berperan adalah glucosinolat, yang
merupakan bagian dari glucosida. Glucosida adalah zat yang mengandung gugus
triterpenoid dan steroid
Ekstraksi
senyawa terpenoid dilakukan dengan dua cara yaitu: melalui sokletasi dan
maserasi. Sekletasi dilakukan dengan
melakukan disokletasi padaserbuk kering yang akan diuji dengan 5L
n-hexana. Ekstrak n-hexana dipekatkan
lalu disabunkan dalam 50 mL KOH 10%. Ekstrak n-heksana dikentalkan lalu diuji fitokimia dan uji aktifitas bakteri. Cara
maserasi, biji pepaya yang berwarna putih dicelupkan ke dalam etanol panas
kemudian dikeringkan dan dihaluskan. Sebanyak 500 g serbuk kering biji pepaya
diekstraksi menggunakan pelarut n-heksana. Ekstrak yang didapat diuapkan dengan
rotary vacuum evaporator sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana. Ekstrak
kental tersebut diuji fitokimia dengan pereaksi Liebermann-Burchard untuk
menentukan ada tidaknya triterpenoid. Ekstrak kental positif triterpenoid
dipisahkan dengan kromatografi kolom. Sebelum dilakukan pemisahan dengan
kromatografi kolom, terlebih dahulu dilakukan pemilihan eluen dengan teknik
KLT. Hasil pemisahan kromatografi kolom (silika gel 60, n-heksana : eter :
etilasetat : etanol (2:3:3:2)) yang sama digabungkan dan dikelompokkan menjadi
kelompok fraksi. Masing-masing kelompok fraksi tersebut diuji untuk
triterpenoid. Fraksi yang positif mengandung triterpenoid dengan noda tunggal
dilanjutkan dengan uji kemurnian secara KLT dengan beberapa campuran eluen.
Bila tetap menghasilkan satu noda maka fraksi tersebut dapat dikatakan sebagai
isolat relatif murni secara KLT. Isolat relatif murni ini kemudian dianalisis
dengan Spektrofotometer Ultra violet-tampak dan Inframerah.
Biji
pepaya juga mempunyai aktivitas farmakologi daya antiseptik terhadap bakteri
penyebab diare, yaitu Escherichia coli dan Vibrio cholera. Hasil uji fitokimia
terhadap ekstrak kental metanol biji pepaya diketahui mengandung senyawa
metabolit sekunder golongan triterpenoid, flavonoid, alkaloid, dan saponin.
Secara kualitatif, berdasarkan terbentuknya endapan atau intensitas warna yang
dihasilkan dengan pereaksi uji fitokimia, diketahui bahwa kandungan senyawa
metabolit sekunder golongan triterpenoid merupakan komponen utama biji pepaya.
Uji fitokimia triterpenoid lebih lanjut terhadap ekstrak kental n-heksana menggunakan
pereaksi Liebermann–Burchard juga menunjukkan adanya senyawa golongan
triterpenoid. Hal ini memberi indikasi bahwa pada biji pepaya terkandung
senyawa golongan triterpenoid bebas. Berdasarkan pemanfaatan secara tradisional
biji pepaya yang salah satunya sebagai obat diare dan berdasarkan aktivitas
fisiologis dari senyawa golongan triterpenoid bebas sebagai antibakteri, maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengisolasi senyawa golongan triterpenoid
bebas pada ekstrak kental n-heksana biji pepaya dan menguji isolat triterpenoid
yang diperoleh terhadap bakteri penyebab diare, yaitu Escherichia coli dan
Staphylococcus aureus.
Beberapa hal yang menjadi dasar pemilihan
pelarut yang akan digunakan pada isolasi senyawa terpenoid, yaitu:
1. Pemilihan pelarut yang digunakan untuk proses
isolasi akan memberikan efektifitas yang tinggi dengan memperhatikan kelarutan
senyawa bahan alam dalam pelarut tersebut.
2. Sebelum memilih pelarut, sebaikknya kita
mengetahui struktur senyawa bahan alam yang akan diisolasi, sehingga pemilihan
pelarut tidak salah. Jangan sampai pelarut yang digunakan bersifat polar,
sedangkan senyawa yang akan diisolasi bersifat nonpolar
3. pelarut yang digunakan sebaiknya bersifat spesifik
atau hanya melarutkan senyawa yang diinginkan, dan juga tidak melarutkan
senyawa lain yang mengganggu dalam proses pemurnian nantinya
4. pelarut juga mempunyai sifat yang mudah dipisahkan
untuk memperoleh senyawa bahan alam yang murni
5. harga dari pelarut. Selain dari kemampuan pelarut
dalam melarutkan senyawa bahan alam, dalam isolasi juga diperhatikan harga dari
pelarut tersebut. Sehingga proses isolasi tidak memakan biaya yang besar.
Secara umum pelarut metanol merupakan pelarut
yang paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa organik bahan alam,
karena dapat melarutkan seluruh golongan metabolit sekunder. Untuk lebih
spesifiknya pada isolasi flavonoid biasanya menggunakan metanol 80%, pada
alkaloid benzena, steroid menggunakan dietil eter.
3. Pelajari
cara biosintesis suatu terpenoid. Identifikasilah sekurang-kurangnya lima jenis
reaksi organikyang terkait dengan biosintesis tersebut dan jelaskan reaksinya?
jawab:
jawab:
Secara
umum biosintesa dari terpenoid dengan terjadinya 3 reaksi dasar, yaitu:
1.
Pembentukan isoprene aktif
berasal dari asam asetat melalui asam mevalonat. Asam asetat setelah diaktifkan
oleh koenzim A (Ko-A) melakukan kondensasi jenis Claisen menghasilkan
Asetoasetil Ko-A. Senyawa ini dengan Asetil Ko-A melakukan kondensasi jenis
Aldol menghasilkan rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam
mevalonat.
2.
Penggabungan kepala dan ekor
dua unit isoprene akan membentuk mono-, seskui-, di-. sester-, dan
poli-terpenoid. Setelah asam mevalonat terbentuk,
reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforilasi, eliminasi asam posfat, dan
dekarboksilasi menghasilkan Isopentenil Pirofosfat (IPP). Selanjutnya
berisomerisasi menjadi Dimetil Alil Pirofosfat (DMAPP) oleh enzim isomerase.
IPP inilah yang bergabung dari kepala ke ekor dengan DMAPP. Penggabungan ini
terjadi karena serangan elektron dari ikatan rangkap IPP terhadap atom karbon
dari DMAPP yang kekurangan elektron diikuti oleh penyingkiran ion pirofosfat
mengasilkan Geranil Pirofosfat (GPP) yaitu senyawa antara bagi semua senyawa
monoterpenoida. Penggabungan selanjutnya antara satu unit IPP dan GPP dengan
mekanisme yang sama menghasilkan Farnesil Pirofosfat (FPP) yang merupakan
senyawa antara bagi semua senyawa seskuiterpenoida. Senyawa diterpenoida
diturunkan dari Geranil – Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari
kondensasi antara satu uni IPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20 menghasilkan
triterpenoid dan steroid. Triterpenoida (C30) dan
tetraterpenoida (C40) berasal dari dimerisasi C15 atau C20 dan bukan dari
polimerisasi terus-menerus dari unit C-5. Yang banyak diketahui ialah
dimerisasi FPP menjadi skualena yang merupakan triterpenoida dasar dan sumber
dari triterpenoida lainnya dan steroida. Siklisasi dari skualena menghasilkan
tetrasiklis triterpenoida lanosterol.
Biosintesis
triterpenoid terbagi menjadi 3 bagian, yaitu biosintesis skualen, siklisasi
skualen 2, 3-epoksida dan terakhir reaksi siklisasi enzimatik.
a.
Reaksi biosintesis skualen
dari tahapan diatas, dapat dilihat bahwa
triterpenoid terbentuk dari dua satuan farnesil. Disini dapat disimpulkan bahwa
farnesil berperan dalam menghasilkan triterpenoid dalam kuantitas banyak.
- Reaksi siklisasi skualen 2, 3-epoksida
dalam reaksi ini, triterpenoid adalah senyawa yang
kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren. Maka, modifikasi struktur
skualen juga berpengaruh dalam terbentuknya senyawa triterpen.
- Reaksi siklisasi enzimatik
Gambar diatas adalah
proses siklisasi enzimatik dengan bantuan enzim. Inisiasi siklisasi oleh
Oksigen Molekuler.Simbol E-O2* digunakan untuk mewakili
oksigen “diaktifkan” dengan membentuk kompleks dengan Enzim. Dan disini, peran
enzim juga mempengaruhi terbetuknya triterpen tersebut. Semakin banyak jumlah
enzim, maka kemungkinan semakin banyak senyawa triterpen yang terbentuk.
Pada biosintesis terpenoid
ini terdapat reaksi organik seperti reaksi fosforilasi, eliminasi asam posfat,
dekarboksilasi, enzimatis dan siklisasi.
4. Salah
satu bioaktivitas terpenoid berhubungan dengan hormone laki-laki dan perempuan,
jelaskan gugus fungsi yang mungkin berperan sebagai hormone baik pada
testosterone dan estrogen. Misalnya pada hormone testosterone itu yang paling aktif??
jawab:
jawab:
Yang berperan sebagai
hormone laki-laki atau perempuan adalah gugus fungsi pada senyawa terpenoid
berupa terpenoid yang tidak menguap, yaitu triterpenoid dan steroid. Sedangkan
terpenoid yang berperan sebagai hormone tidak spesifik adalah seskuiterpenoid.
Estrogen adalah salah
satu hormon seks yang berperan sangat penting bagi wanita. Estrogen merupakan
hormon steroid (punya kerangka inti yang sama kayak kolesterol) dan dibentuk
terutama dari 17-ketosteroidnandrostenedion (prekursornya hormon androgen).
Estrogen ternyata terdiri dari tiga jenis, yaitu 17β-estradiol (E2),
estron (E1), dan estriol (E3). 17β-estradiol merupakan
hormon yang paling dominan karena paling banyak terdapat dalam tubuh dan
aktivitasnya paling tinggi.
Steroid
Steroid adalah senyawa
organik lemak sterol tidak terhidrolisis
yang dapat dihasil reaksi penurunan dari terpena
atau skualena.
Steroid merupakan kelompok senyawa
yang penting dengan struktur dasar sterana
jenuh[1] (bahasa
Inggris: saturated tetracyclic hydrocarbon :
1,2-cyclopentanoperhydrophenanthrene) dengan 17 atom karbon dan 4
cincin.[2]
Senyawa yang termasuk turunan steroid, misalnya kolesterol,
ergosterol, progesteron,
dan estrogen.
Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormon. Steroid
mempunyai struktur dasar yang terdiri dari 17 atom karbon yang membentuk tiga
cincin sikloheksana
dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu
dengan steroid yang lain terletak pada gugus
fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi
tiap-tiap cincin.
Lemak sterol
adalah bentuk khusus dari steroid dengan rumus bangun diturunkan dari kolestana
dilengkapi gugus hidroksil
pada atom
C-3[3],
banyak ditemukan pada tanaman, hewan dan fungsi. Semua steroid dibuat di dalam sel dengan bahan baku
berupa lemak sterol, baik berupa lanosterol pada hewan atau
fungsi, maupun berupa sikloartenol pada tumbuhan.
Kedua jenis lemak sterol di atas terbuat dari siklisasi squalena dari triterpena.[4]
Kolesterol
adalah jenis lain lemak sterol yang umum dijumpai.
Beberapa steroid bersifat anabolik, antara lain testosteron,
metandienon, nandrolon dekanoat, 4-androstena-3 17-dion.
Steroid anabolik dapat mengakibatkan sejumlah efek samping yang berbahaya,
seperti menurunkan rasio lipoprotein densitas tinggi, yang berguna bagi jantung,
menurunkan rasio lipoprotein densitas rendah, stimulasi tumor prostat, kelainan koagulasi
dan gangguan hati,
kebotakan, menebalnya rambut, tumbuhnya jerawat
dan timbulnya payudara
pada pria.
Secara fisiologi,
steroid anabolik dapat membuat seseorang menjadi agresif.
Steroid terdiri atas
beberapa Kelompok senyawa dan penegelompokan ini didasarkan pada efek fisiologis
yang diberikan oleh masing-masing senyawa. Kelompok-kelompok itu adalah sterol,
asam- asam empedu, hormon seks, hormon adrenokortikoid, aglikon kardiak dan
sapogenin. Ditinjau dari segi struktur molekul, perbedaan antara berbagai
kelompok steroid ini ditentukan oleh jenis substituen R1, R2 dan R3 yang
terikat pada kerangka dasar karbon. sedangkan perbedaan antara senyawa yang
satu dengan yang lain pada suatu kelompok tertentu ditentukan oleh panjang
rantai karbon R 1, gugus fungsi yang terdapat pada substituen R 1, R 2, dan R
3, jumlah serta posisi gugus fungsi oksigen dan ikatan rangkap dan konfigurasi
dari pusat-pusat asimetris pada kerangka dasar karbon tersebut.
Steroid lain termasuk steroid hormon seperti
kortisol, estrogen, dan testosteron.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar